NILAI-NILAI IMTAQ DALAM PEMBELAJARAN
NILAI NILAI IMTAQ DALAM PEMBELAJARAN
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, nampak kehidupan duniawi semakin mendapatkan prioritas, padahal kehidupan manusia yang sementara di dunia ini dan nanti akan menuju kea lam akhirat nampak kurang mendapat perhatian yang cukup. Oleh karena itu nilai-nilai iman dan taqwa sangat penting dalam pembelajaran di sekolah untuk mewujudkan perhatian dan kesadaran yang seimbang bagi keberhasilan hidup di dunia dan di akhirat. Adapun nilai-nilai tersebut adalah:
1. Keikhlasan
Ikhlas adalah mengharap keridhoan Allah semata, tidak mengharap balasan dari manusia. Keikhlasan merupakan kunci diterimanya amal, karena ikhlas terdapat di dalam hati. Hadits Nabi saw menyatakan “innamal a’malu binniyyat wa innama likullimriin manawa.” Artinya sesungguhnya setiap amal itu dilakukan dengan niat, dan setiap amal dinilai karena niatnya.” Di dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT keikhlasan adalah faktor utama surat Al Zumar 39: 2, 3
sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.
Perhatikan pula firman Allah surat Al-Bayyinah 98: 5
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
2. Keadilan
Konsep adil dalam Islam berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya, lawan kata adil adalah dzalim. Keadilan harus ditegakkan apabila ketentraman hidup ingin dicapai, tanpa keadilan manusia akan resah, gelisah dan tidak puas. Setiap manusian pasti ingin diperlakukan secara adil, dan keinginan seperti ini adalah wajar, sehingga nampaknya keadilan ini merupakan ajaran yang bersifat universal dalam konteks kemanusiaan global.
Menurut Qaradhawi, keadilan adalah keseimbangan antara berbagai potensi individu, baik moral ataupun material, antara individu dengan komunitas (masyarakat), antara komunitas dengan komunitas. Keadilan tidak berarti kesamaan secara mutlak karena menyamakan antara dua hal yang berbeda seperti membedakan antara dua hal yang sama. Prinsip keadilan yang ingin dibangun oleh Islam adalah keadilan yang berbasis kesejahteraan sosial. Negara harus memberikan kesempatan kerja dan akses yang sama bagi setiap warganya, baik laki-laki maupun perempuan, miskin ataupun kaya, tidak diskriminatif agar kemakmuran dapat diciptakan. Kemiskinan yang terjadi di suatu Negara adalah antara lain karena struktur masyarakat yang tidak adil, yang diistilahkan dengan kemiskinanan struktural
Orang beriman diperintahkan untuk berlaku adil kepada siapapun karena adil itu lebih dekat kepada taqwa, firman Allah dalam surat al-Ma’idah 5: 8:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Yang dimaksud al-qisth adalah al-‘adl, namun sebenarnya kata al-qisth merupakan proses arabisasi untuk menunjukkan arti adil dalam masalah putusan (qadha’) dan hukum.Sementara al-‘adl adalah lebih umum, ia menyangkut banyak hal, sehingga perpindahan term dari term al-qisth menjadi al-‘adl adalah sangat tepat, terlebih ketika menjadi saksi yang terkait dengan putusan dan hukum, dan terkadang rasa kebencian mempengaruhi seseorang untuk berlaku adil.
Islam memerintahkan untuk memvonis atau menjatuhkan hukum secara adil, lihat surat al-Nahl 16: 90
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Karakter term al-‘adl ini selanjutnya dapat dilihat pada aspek selain hukum antara lain pada masalah poligami (al-Nisa’ 4: 3 dan 129), utang piutang (al-Baqarah 2: 282), penyelesaian konflik (al-Hujurat 49: 9), perceraian atau talak (al-Thalaq 65: 2), pergaulan antar umat beragama (al-Syura 42: 15), dan sebagainya.
3. Kejujuran
Jujur adalah sifat yang baik yaitu termasuk sifat terpuji yang dimiliki para Rasul. Salah satu tanda kejujuran adalah menyampaikankan amanat krpada yang memilikinya, dalam al-Qur’an disebutkan, al-Nisa’ 4:58
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
Kejujuran akan mengantarkan manusia pada kepuasan batin, jauh dari perasaan bersalah. Sebagai contoh bagi transaksi jual beli sering terjadi praktek yang tidak jujur yakni mengurangi timbangan, lihat surat Muthaffifin 83: 1-3:
kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
Kejujuran amat penting dalam kehidupan manusia , dan telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw sepanjang hidupnya.
2. Kesabaran
Sabar adalah satu sifat yang baik, terutama ketika kita menjalani kehidupan di dunia ini, sabar dan shalat dapat menjadi obat penolong. Dalam al-Qur’an Allah SWT menyatakan dalam al-Baqarah 2: 153
Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Allah SWT menerangkan masalah sabar dalam Al-Qur’an tidak kurang dari seratus kali. Semuanya berkaitan dengan perbuatan manusia, antara lain perintah bersabar, memuji kesabaran dan orang-orang sabar, sifat kesabaran serta manfaatnya, dan ancaman bagi orang-orang yang tidak sabar, yang pada dasarnya kedudukan tertinggi akan diperoleh seseorang karena kesabarannya. Adapun beberapa jenis kesabaran yang dijelaskan dalam Al-Qur’an antara lain, bersabar dalam mengerjakan ibadah (Q/S/ Taha 20:132):
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
Dalam al-Qur’an surat Ma’arij 70: 5 diterangkan bahwa sabar adalah sifat yang baik.
Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.
Dalam kaitannya dengan cobaan yang beragam yang menimpa manusia antara lain rasa takut, lapar berkurangnya harta, kematian dan sebagainya, orang yang sabar atas musibah akan diberi kabar gembira oleh Allah, lihat Al-Baqarah 2: 155:
dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Dalam hal sabar menghadapi saudara kandung sendiri yang berlaku aniaya, dikisahkan dalam surat Yusuf 12: 18
mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan."
Dalam konteks tasawuf, pengertian sabar termasuk sabar dalam menjalankan perintah Allah, sabar di dalam menjauhi laranganNya, dan dalam menerima segala cobaan, sabar menunggu datangnya pertolongan Tuhan bahkan sabar dalam menderita kesabaran serta tidak menunggu-nunggu datangnya pertolongan.
3. Tawakal
Dalam bahasa Arab disebut tawakkul, artinya berserahdiri/pasrah.Dalam pengertian yang lebih luas, seorang Muslim harus bertawakkal kepada Allah yaitu menyerahkan dirinya dan segala persoalannya kepada Allah, karena manusia hanya dapat berusaha dan berikhtiar, namun ketentuan yang berlaku adalah dari Allah.
Ali “Imran 3: 159:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkAllah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Tawakal adalah sifat hamba Allah yang terpuji, karena dengannya manusia dapat menahan dirinya dari rasa sombong, setelah berikhtiar maka tawakal memegang peran yang sangat penting, untuk kemudian manusia bersyukur apabila berhasil dan bersabar apabila belum sukses.
4. Ishlah (cinta damai).
Pada dasarnya agama Islam adalah agama yang cinta damai. Mengucapkan salam dalam Islam juga berarti menyebar perdamaian. Salam dalam tasyahud akhir sebagai jawaban Nabi terhadap salamnya Allah kepada beliau, menandakan betapa Nabi saw amat tawadhu, mau berbagi kedamaian dengan orang-orang yang sholeh: “Assalamu’alayna wa ‘ala ‘ibadillahishsholihin.”
Sesama manusia harus digalang cinta damai, karena pada dasarnya mereka adalah satu, hal ini sesuai surat al-Baqarah 2: 213
manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
Secara spesifik, demikian juga bagi sesama Muslim, sebagai ummat yang satu, yang semuanya harus menyembah kepada Allah, lihat al-Anbiya’ 21: 92
Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah aku.
Agama Islam sesungguhnya cinta damai, karena setiap orang beriman adalah bersaudara, lihat surat Al-Hujurat 49: 10
orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Apabila ada peperangan di kalangan orang-orang beriman, solusi diberikan Allah dalam surat al-Hujurat 49: 9:
dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil.
Konsep cinta damai dalam Islam bukan hanya dengan fihak di luar diri sendiri, yaitu dengan masyarakat dan dunia, tetapi yang lebih penting adalah merasakan damai pada diri sendiri, orang tak bias dengan orang lain apabila tak merasakan damai dalam dirinya.
b. Iffah (kewaspadaan)
Kewaspadaan amat diperlukan dalam hidup, karena kewaspadaan mengindikasikan kehati-hatian. Dalam konteks tasawuf kewaspadaanmungkin dapat disebut muraqabah, yakni merasa selalu bdalam pengawasan Allah SWT.
Kewaspadaan amat penting, karena dapat mencegah seseorang untuk melakukan yang dilarang agama. Waspada terhadap apa yang ia makan, minum dan pakai, ia mewaspadai dirinya dari hal-hal yang meragukan, yang syubhat, apalagi yang jelas haramnya.
Dalam sebuah hadits Nabi bersabda: Da’ ma yuribuka ila ma la yuribuk, artinya tinggalkan apa yang meragukanmu menuju apa yang tidak kamu ragukan”
Dalam al-Qur’an, surat al-Nisa’ 4: 29 diterangkan:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
c. Ta’awun (kerjasama)
Firman Allah: “wa ta’awanu ‘alal birri wattaqwa wala ta’awanu ‘alal itsmi wal ‘udwan.” Artinya: Dan bertolong-tolongan lah kamu dalam kebaikan dan janganlah kamu bertolong-tolongan dalam perbuatan dosa dan permusuhan.”
firman Allah surat al-Maidah 5: 2
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Orang-orang beriman dan beramal sholeh dan mereka yang saling menasihati dengan kebenaran dan saling menasihati dengan kesabaran adalah orang yang tidak merugi, lihat al-‘Ashr 103: 3, oleh karenanya saling menasihati ini termasuk dalam kategori
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
d. Tasamuh (toleransi)
Dalam Islam tasamuh/al-samhah atau toleransi sangat dianjurkan. Menurut Ibn ‘Asyur, al-samhah adalah mudah dilakukan secara wajar. Kata tersebut juga mengandung arti melakukan hal-hal yang baik, bersikap adil, dan seimbang (tidak melampaui batas atau bersifat wajar). Oleh karenanya, Islam adalah agama yang didasarkan pada sifat samhah tersebut, seperti yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam al-Baqarah 2: 185
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Walaupun ayat ini mulanya terkait dengan puasa namun menurut al-Razi ayat ini menyangkut keseluruhan syari’at Allah, bahwa ini merupakan rahmat Allah bagi seluruh hambaNya, yakni seluruh syari’atnya ditetapkan dalam konteks al-yusr (mudah) , bukan al-‘usr (sulit). Dalam hal jual beli kemudahan sangat dianjurkan, bagi musafir shalat boleh di jamak dan di qashar dan masih banyak toleransi dan kemudahan serta dispensasi lainnya. Beberapa firman Allah terkait kemudahan dan toleransi dan kemudahan, lihat al-Ma’idah 5: 6
Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
Lihat juga al-Hajj 22: 78 yaitu
Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa Islam tidak pernah mempersulit manusia untuk melaksanakan aturan aturanNya. Peniadaan kesulitan di sini baik terkait langsung dengan hokum pokok maupun karena sebab-sebab lain, sehingga menjadi sulit, maka Islam mengizinkan untuk mencari yang lebih mudah asalkan tidak haram.
Dalam hadits Nabi saw dijelaskan: Ahabb al-din ila Allah al-hanifiyyah al-samhah artinya agama yang paling dicintai Allah adalah yang condong kepada kebenaran tauhid lagi toleran (mudah dilakukan). H.R. Bukhari. Dan dalam hadits yang lain disebutkan yassir wa la tu’assir (permudahlah jangan mempersulit).
Agama Islam sesuai dengan fitrah manusia oleh karena itu, sikap al-samhah (toleran dan mudah) inilah yang memungkinkan syari’at Islam dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam rangka toleransi terhadap agama lain dan pemeluknya berarti bahwa kaum Muslimin boleh menghormatinya tetapi tidak mengikutinya.
e. Tawazun (moderasi)
Islam sesungguhnya menghendaki ummatnya menjadi ummatan wasatha (ummat yang moderat), tidak ekstrim, tentang hal ini lihat al-Qur’an surat al-Baqarah 2: 143
dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Ummatan wasathan juga mengandung makna bahwa kaum Muslimin harus dapat mengimbangi antara kepentingan duniawi dan ukhrawi.
k. Hubbul Wathon (Cinta Tanah Air)
Hubbul wathon minal iman artinya cinta tanah air adalah sebagian dari iman, demikan bunyi sebuah hadits Nabi saw. Hadits ini mengajak kepada seluruh penduduk dari suatu negeri untuk mencintai tanah airnya. Setiap warga Negara hendaknya mempunyai cita-cita dan keinginan agar negerinya menjadi negeri yang baik dan mendapat ampunan Tuhan. Lihat surat Saba’ 34: 15
Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun".
Nabi Ibrahim sangat cinta kepada tanah airnya dan mendoakan supaya negerinya aman dan penduduknya diberi rezeki oleh Allah, lihat syrat al-Baqarah 2: 126
dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali".
Penutup
Demikianlah uraian bahan ajar peningkatan imtaq yang sangat perlu untuk terus didiseminasikan dan diterapkan di dalam kehidupan pendidikan nasional kita
Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari uraian diatas adalah pentingnya peMahaman yang komprehensif tentang aqidah, ibadah dan akhlaq. PeMahaman yang terpadu tentang hal tersebut diharapkan dapat meningk.atkan iman dan taqwa.
Saran
Saran yang dapat kami sampaikan adalah contoh teladan implementasi imtaq harus diberikan terlebih dahulu oleh pimpinan, baik pimpinan pada instansi ataupun pimpinan masyarakat.